Lampung Selatan — Siang itu, Jumat (3/10/2025), langit di atas Dermaga Desa Canti, Kecamatan Rajabasa, mendung perlahan menggantung. Ombak bergulung pelan, seolah menyimpan tanda bahaya. Tak ada yang menyangka, hari yang tenang itu akan berubah menjadi momen yang membuat napas tercekat.
Sebuah kapal motor penumpang mendadak kehilangan tenaga di tengah laut. Mesin mati, kapal berhenti. Puluhan penumpang yang awalnya santai menikmati perjalanan, kini mulai panik. Anak-anak menangis, orang dewasa saling berpegangan, sementara laut terus beriak tak peduli pada ketakutan manusia di atasnya.
Di tengah kepanikan itu, muncul sosok berseragam cokelat. Aipda Deni Meydistira, Bhabinkamtibmas Polsek Kalianda yang bertugas di Desa Canti dan Desa Tejang Pulau Sebesi, segera mengambil keputusan. Tanpa menunggu perintah, tanpa memikirkan risiko, ia menjemput kapal yang terombang-ambing itu.
Dengan perahu kecil dan tekad besar, ia melawan ombak menuju kapal yang nyaris kehilangan arah. Satu per satu penumpang dievakuasi. Wajah-wajah cemas berubah menjadi lega. Di antara teriakan dan doa, nama Deni mulai disebut dengan nada haru: “Pak Deni datang…!”
Keberaniannya tidak berlalu begitu saja. Anggota DPRD Lampung Selatan, Aceng Dede Suhendar, turut menyampaikan apresiasi mendalam.“
Apa yang dilakukan Aipda Deni bukan hanya menjalankan tugas. Itu adalah panggilan hati, pengabdian sejati seorang polisi yang hadir untuk rakyat,” tutur Kang Dede dengan nada bangga.
Ia menegaskan, di tengah keterbatasan fasilitas, sikap tanggap dan keberanian seperti itu adalah wajah sejati Polri yang dicintai masyarakat.
“Semoga semangat pengabdian ini menjadi teladan. Di tengah tantangan dan keterbatasan, masih ada sosok seperti Aipda Deni Meydistira — yang tanpa pamrih melindungi dan menjaga warganya,” tambahnya.
Kini, bagi warga sekitar Dermaga Canti, nama Deni bukan sekadar nama seorang polisi. Ia adalah kawan, pelindung, dan pahlawan tanpa panggung. Sosok yang hadir bukan hanya untuk menegakkan aturan, tapi juga mengulurkan tangan ketika nyawa dipertaruhkan.
Hari itu, laut memang sempat menelan ketenangan. Tapi berkat kesigapan seorang polisi desa, kepanikan berganti haru, dan gelombang yang menakutkan berubah menjadi saksi pengabdian.
Sebuah kisah sederhana — tentang keberanian di tengah laut, tentang hati yang tetap tenang di antara gelombang, dan tentang seorang Aipda bernama Deni Meydistira, yang membuktikan bahwa pengabdian tidak perlu disorot kamera untuk menjadi abadi.












